Pamekasan, MCI News - Pacuan sapi di Madura, atau dikenal dengan sebutan Karapan Sapi, sebuah festival balap sapi tradisional yang menjadi simbol kebanggaan dan identitas masyarakat Madura, Jawa Timur. Acara ini merupakan warisan budaya takbenda yang melibatkan sepasang sapi dengan menarik kereta kayu untuk berlomba dalam jarak sekitar 100-130 meter.
Karapan sapi berakar dari masa lalu sebagai perayaan kemenangan setelah panen padi dan tembakau, serta untuk membangkitkan semangat pertanian saat tanah sulit. Selain sebagai hiburan, karapan sapi juga menjadi ajang prestise, gengsi, dan pertaruhan harga diri. Sapi pemenang juga akan dijadikan pejantan untuk meningkatkan status sosial pemiliknya.
Kegiatan Kerapan Sapi Piala Presiden tahun 2025 ini merupakan agenda tahunan nasional, bahkan meningkat ke internasional. Sudah lima negara yang diundang untuk menyaksikan pagelaran karapan sapi tersebut.
“Salah satunya Australia, Amerika, Jepang, kemarin ada baru Portugal itu, bersama Korea itu. Untuk tahun ini pelaksananya harusnya tuan rumah itu digilir Pak, harusnya tahun ini itu kebupaten sumenup karena lapangnya kurang resempratif. Akhirnya kita rapat dengan, kami punya mitra kerja namanya Pakar Sakera,” terang Andrian Luthfi, S.T. selaku Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Bakorwil Pamekasan ketika ditemui usai acara di Ruang Rapat Trunojoyo Bakorwil IV Pamekasan Jalan Slamet Riyadi No. 1 Pamekasan, Selasa, (30/9/2025).
Nantinya, Pakar Sakera akan membantu dengan kajian teknis dan lain-lainnya terkait pagelaran karapan sapi. "Dimudahkan untuk bekerja. Dan acara karapan sapi tahun ini dilaksanakan di Bangkalan, tepatnya Lapangan R.P. Moch. Noer atau lapangan Skep bangkalan pada tanggal (19/10/2025)," tambah Lutfi.
Peserta Karapan Sapi Piala Presiden diambil dari empat kabupaten se-Madura, masing-masing diambil enam pemenang. Sebelumnya, ada tingkatan mulai bawah kawedanan kabupaten, selanjutnya kabupaten ditingkatkan ke Piala Presiden, sehingga totalnya 24 pemenang.
"Untuk teknis pelaksanaan, Karapan Sapi kali ini sudah menggunakan tekhnologi digital, yaitu menggunakan sensor untuk mementukan siapa yang lebih dahukumasuk garis akhir," jelas Lutfi.
“Dalam pelaksanaan kerapan sapi, harus memenuhi dari segi keamanan. Lapangan karapan sapi harus tertutup permanen dengan temnok, ada tribun, ruang VVIP, pengamanan mobil ambulan jika terjadi insiden kecelakaan, fasilitas umum seperti toilet juga harus terpenuhi. Untuk penonton, lokasi karapan sapi kali ini dapat menampung sekitar 35 ribu orang,” ungkapnya.
Mulai tahun 1960-an, pemerintah mengambil alih perlombaan karapan sapi dan menjadikannya permainan nasional, bahkan memberikan piala bergengsi bagi pemenang.
"Dengan adanya Karapan Sapi ini diharapkan banyak menarik wisatawan yang datang, sehingga sektor UMKM bisa tumbuh, dan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar," pungkas Lutfi.
Editor : Yasmin Fitrida Diat