Kendal, MCI News – Keluarga besar Nahdlatul Ulama (NU) berduka. KH Alamudin Dimyati Rois atau yang akrab disapa Gus Alam, Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Fadllu wal Fadhilah, Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah, mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit (RS) Budi Rahayu Pekalongan, Selasa 6 Mei 2025 pagi.
Almarhum meninggalkan seorang istri yakni Aslikh Rina Ulyaddin, seorang putri bernama Zainab, serta seorang anak yang masih dalam kandungan. Jenazah Anggota DPR RI Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini dimakamkan di lingkungan ponpes asuhannya bersebelahan dengan makam ayahanda, KH Dimyati Rois, ulama kharismatik Kendal akrab disapa Abah Dim.
Ratusan pelayat yang terdiri warga Nahdlatul Ulama (NU), pejabat Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan santri hadir untuk memberikan penghormatan terakhir. Hadir pula mantan Menteri Tenaga Kerja, Hanif Dhakiri. Ratusan pelayat yang terdiri warga NU, pejabat dan kader PKB, dan santri memberikan penghormatan terakhir. Hadir pula mantan Menteri Tenaga Kerja, Hanif Dhakiri.
Kecelakaan Maut di Tol Pemalang-Batang
Gus Alam mengembuskan napas terakhir setelah menjalani perawatan intensif akibat kecelakaan lalu lintas di Tol Pemalang-Batang, KM 315+900, Jumat 2 Mei 2025.
Dalam insiden tersebut, ulama berusia 45 tahun itu tengah dalam perjalanan pulang dari pengajian rutin di Brebes bersama tiga rekannya. Kecelakaan tragis itu menyebabkan dua orang meninggal dunia di tempat dan dua lainnya mengalami luka-luka.
Gus Alam mengalami cedera cukup parah, termasuk cedera kepala sedang, fraktur pergelangan tangan dan jari manis kanan, luka sobek di pelipis kiri, dan sempat dalam kondisi tidak sadar.
Profil Gus Alam
Sebagai informasi, Gus Alam kelahiran Kaliwungu, Kabupaten Kendal, pada 26 Desember 1980. Ia alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Semarang.
Almarhum tercatat empat kali terpilih sebagai anggota DPR RI dari Fraksi PKB untuk Dapil Jateng I dan terakhir menjabat di Komisi IX. Selain aktif di parlemen, Gus Alam juga menjabat sebagai Mustasyar PCNU Kendal, melanjutkan kiprah keluarganya dalam dunia pesantren dan keulamaan.
Editor : Yama Yasmina