Oleh: Akhmad Munir, Direktur Utama LKBN Antara
Jakarta, MCI News - Pada Rabu, 18 Juni 2025, saya dan 13 pimpinan kantor berita terkemuka dunia, diundang secara khusus oleh Presiden Vladimir Putin untuk berdiskusi, di sela rangkaian Sidang Umum Ke-19 Kantor Berita Asia-Pasifik (OANA) dan penyelenggaraan Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg (SPIEF) 2025, di St. Petersburg, Rusia.
Baca juga: Sikap Putin Terhadap Perang Ukraina (Bagian 3)
Setelah dijamu Presiden Putin dengan pagelaran musik orkestra yang sangat spektakuler, kami pun berdiskusi di sebuah ruangan khusus.
Hanya 14 pimpinan kantor berita yang diundang Putin, di antaranya Antara (Indonesia), TASS (Rusia), Xinhua (China), AFP/Agence France Presse (Prancis), AP/Associated Press (Amerika Serikat), Reuters (Inggris), DPA/Deutsche Press-Agentur (Jerman), Agencia EFE (Spanyol), Anadolu Ajansi (Turki), AZERTAC (Azerbaijan), BELTA (Belarusia), Vietnam News Agency (Vietnam), Kazakhstan President's TV and Radio Complex (Kazakhstan), dan Uzbekistan National News Agency (Uzbekistan).
Undangan ini merupakan sebuah kehormatan bagi saya, tidak hanya karena mewakili LKBN Antara sebagai kantor berita resmi negara Indonesia, namun ini merupakan pertama kalinya pimpinan media dari Indonesia diundang secara khusus bertemu Presiden Vladimir Putin dalam sebuah forum diskusi privat. Apalagi pertemuan itu berlangsung menjelang rangkaian kunjungan kenegaraan Presiden RI Prabowo Subianto ke St. Petersburg, Rusia.
Di ruangan itu saya duduk berhadapan dengan Presiden Putin. Protokoler kepresidenan Rusia telah menyiapkan penerjemah khusus melalui perangkat earphone yang dipasangkan di telinga, bagi masing-masing tamu undangan.
Protokoler Kremlin secara profesional menyiapkan penerjemah dengan bahasa sesuai asal negara kami. Sebab Putin menjawab dan menanggapi seluruh pertanyaan dan pernyataan dengan bahasa Rusia.
Saya mendapat penerjemah khusus berbahasa Indonesia. Rekan saya dari kantor berita China Xinhua, mendapatkan penerjemah berbahasa mandarin, dan begitu seterusnya kepada seluruh 14 pimpinan kantor berita yang hadir.
Pertemuan itu agaknya menjadi sangat penting bagi Putin, mengingat waktu pertemuan yang berlangsung begitu larut malam, selama kurang lebih hampir tiga jam, hingga baru tuntas pada dini hari.
Jika kelak ada yang bertanya pada saya, Presiden mana yang sudi berdiskusi dengan jurnalis hingga dini hari, saya sudah punya jawabannya.
Putin memang secara khusus meluangkan waktunya menerima sejumlah pimpinan kantor berita secara terbatas.
First Deputy Director General kantor berita Rusia TASS Mikhail Gusman bertindak sebagai moderator pertemuan. Di awal sesi Gusman dan Putin berdialog dengan bahasa Rusia.
Putin yang hadir dengan setelah jas, tampak rileks. Sepertinya dia ingin tamu-tamunya juga tetap bersikap santai. Tidak ada gestur tubuh yang terlampau kaku. Bagi saya Putin ingin membaur dengan jurnalis.
Putin banyak melempar senyum, bahkan tertawa. Dia berbicara, dengan menatap para undangan satu per satu. Saat berbicara, saya perhatikan ia cukup intens mengerakan tangannya.
Walaupun demikian, di mata saya malam itu Putin tetap tampil penuh wibawa. Sorot matanya tajam, jauh lebih tajam dari yang biasa saya saksikan di layar kaca.
Secara adil Putin melalui moderator Mikhail Gusman mempersilakan setiap pimpinan kantor berita yang hadir menyampaikan pertanyaan atau pandangan.
Pada momen itu, tidak ada batasan khusus bagi kami untuk bertanya. Mantan agen Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti/badan intelijen dan keamanan Uni Soviet (KGB) itu dengan gagah berani meladeni setiap pertanyaan atau sikap yang kami utarakan.
Saya mendapatkan giliran kelima. Kesempatan ini tentu saja saya manfaatkan dengan baik. Saya melontarkan pertanyaan kepada Putin, hal-hal relevan terkait hubungan RI dengan Rusia.
“Rusia dan Indonesia merayakan hubungan bilateral ke-75 tahun ini, dan malam ini kantor berita dari Indonesia datang lebih cepat dari Presidennya ke sini,” seloroh Mikhail Gusman selaku moderator, saat membuka sesi saya, mengacu kepada kehadiran saya dan menjelang Presiden RI Prabowo Subianto hadir ke St. Petersburg.
Putin tertawa mendengar kelakar Gusman, bahwa saya tiba lebih dulu di Rusia ketimbang Presiden Prabowo. Putin kemudian mempersilakan saya berbicara.
“Terima kasih Presiden Putin. Hari ini saya sangat berbangga memiliki kesempatan bertemu dengan Presiden, bertepatan dengan kehadiran Presiden Prabowo untuk melakukan kunjungan kenegaraan di St. Petersburg, Rusia, sekaligus menjadi narasumber di Forum SPIEF 2025,” ujar saya membuka diskusi dengan Putin.
Saya yang saat itu duduk tepat di hadapan Putin, melihat Putin menganggukkan kepalanya, seraya menyimak saya berbicara.
Sepanjang saya berbicara, Presiden Putin hampir tidak sedikitpun melepaskan pandangannya dari saya.
Dia sesekali melepaskan pandangan saat mencatat di atas kertas pernyataan dan pertanyaan yang saya lontarkan.
Saya menyampaikan kepada Putin bahwa Presiden Prabowo memiliki keinginan kuat dengan Rusia. Saya katakan kepada Putin, sebelum Prabowo dilantik sebagai Presiden, Prabowo sudah datang ke Kremlin, dan pada hari ini Prabowo melakukan kunjungan resmi kenegaraan.
Pada bagian ini Putin terlihat antusias. Ia mencondongkan tubuhnya ke arah saya.
Saya pun bertanya, barangkali ada hal yang ingin diprioritaskan oleh Presiden Putin berkaitan kerja sama dengan Indonesia, di saat hubungan Indonesia dengan Rusia menginjak tahun ke-75 pada tahun ini.
“Mungkin ada prioritas untuk menggalakkan kerja sama yang selama ini sudah berjalan, di bidang investasi, perdagangan, pariwisata, dan militer,” ujar saya.
“Dan apa ada prioritas kembali untuk meningkatkan kerja sama ini, karena Indonesia sekarang ini sedang giat menarik investasi, terutama dari negara-negara besar, di mana Indonesia punya program hilirisasi nikel, sawit, hilirisasi produksi laut, yang memang menjadi andalan sumber daya Indonesia,” tambah saya.
Saya juga bertanya tentang upaya atau kontribusi Rusia untuk mendorong atau menjawab ketidakpastian kondisi ekonomi global, mengingat saat ini poros ekonomi dunia terletak di sedikitnya tiga negara yakni poros China, poros Rusia dan poros Amerika Serikat, dan tanda-tanda ekonomi maju ada di Asia Tenggara.
“Saya kira ke depan Asia Tenggara juga akan butuh untuk mendapat kepastian ekonomi global untuk mengakselerasi pembangunannya, termasuk Indonesia yang memiliki potensi sangat besar dari sisi populasi penduduk, sumber daya manusia dan mengenai geopolitik internasional,” ujar saya.
Baca juga: Putin Jamu 14 Pimpinan Kantor Berita Terkemuka Dunia (Bagian 1)
Putin pun setuju dengan pernyataan saya yang mengaitkan kedekatan hubungan Presiden Indonesia dengan Rusia, begitu juga sebaliknya Rusia dengan Indonesia.
Sejak era awal kemerdekaan RI, Presiden pertama RI Soekarno, juga sudah membina hubungan baik dengan pemimpin Uni Soviet kala itu Nikita Khrushchev.
Hubungan keduanya, seperti diceritakan berbagai buku dan literatur, lebih dari dua orang sahabat. Keduanya seperti seorang saudara, saling kunjung dan menanyakan kabar.
Hubungan Soekarno dan Khrushchev menjadi tonggak persahabatan Indonesia dengan Rusia. Tentu saja Presiden Putin sangat paham dengan cerita itu.
Putin pun menyatakan sangat menghargai langkah Prabowo bertandang ke Moskow sebelum yang bersangkutan dilantik sebagai Presiden. Menurutnya itu pertanda baik bagi kedua negara.
“Tentu ada kesempatan sebelum inaugurasi (pelantikan) Bapak Prabowo. Dia datang ke Moskow dan kami sangat menghargai dan itu memberikan tanda baik bahwa dalam kepemimpinan Presiden Prabowo akan ada peningkatan hubungan dua negara,” ujar Putin.
Putin memandang, secara ekonomi Indonesia berkembang dengan sangat pesat. Ia tampak antusias membicarakan prospek ini.
“Indonesia berubah menjadi salah satu ekonomi dunia yang besar. Dan penduduk Indonesia lebih dari 250 juta? Berapa penduduk Indonesia sekarang?” tanya Putin.
“280 juta,” jawab saya.
“Bayangkan 280 juta penduduk itu melebihi penduduk negara Eropa dan itu adalah negara yang besar,” timpal Putin. Raut wajahnya bersemangat, seolah ia tahu bagaimana harus memperlakukan saya sebagai delegasi dari Indonesia, negara yang selalu menjadi sahabat bagi Rusia.
Putin menekankan, Indonesia merupakan negara besar dengan penduduk 280 juta jiwa, yang terus bertumbuh.
“Anda tentu paham yang sedang terjadi. Sekarang ini negara-negara secara cepat berubah. Ini tidak hanya terkait jumlah penduduk di dunia, tapi semua negara ini dan ekonomi negara-negara ini dan mereka sangat berkembang cepat dan berubah secara struktur ekonomi dan PDB,” jelasnya.
Dia menilai dengan pertumbuhan penduduk yang besar, negara manapun akan berjuang untuk mencapai tingkat pendapatan penduduk yang baik. Dan itu yang menurutnya terus dilakukan Indonesia.
“Ini tidak bisa dihindari. Ini tindakan yang harus dilakukan seluruh dunia untuk meningkatkan pengetahuan dan lain-lain. Negara-negara ini dalam posisi penting di dunia dan kami menganggap Indonesia seperti itu,” ujarnya.
Putin kemudian bercerita, selama puluhan tahun Rusia dan Indonesia telah berhubungan dengan sangat baik. Dia meyakini ada bidang-bidang tradisional yang bisa terus dikembangkan, dan di sisi lain akan ada diversifikasi guna meningkatkan angka perdagangan.
Baca juga: Presiden Prabowo Pulang ke Tanah Air Usai Agenda di Rusia
Dia meyakini pertemuannya dengan Presiden Prabowo di St. Petersburg, secara praktis akan mencari solusi-solusi untuk mengembangkan hubungan kedua negara.
Menurut Putin, dengan masuknya Indonesia dalam kelompok ekonomi Brazil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan (BRICS), maka peluang peningkatan kerja sama Indonesia dengan Rusia juga akan semakin terbuka, termasuk dengan negara BRICS lainnya.
“Kami memiliki hal yang bisa ditawarkan kepada mitra Indonesia, dan saya yakin mitra di Indonesia akan menerima tawaran itu, karena ini menarik,” ujarnya.
Presiden Vladimir Putin pun menyatakan memiliki pandangan khusus terhadap negara-negara di Asia Tenggara (ASEAN).
Menurut Putin, kerja sama Rusia dengan ASEAN berkembang pesat.
Dia menyebut angka volume perdagangan Rusia dengan ASEAN secara perlahan meningkat dari tahun ke tahun.
“Dan angka tentu tidak akan berbohong,” ujarnya meyakinkan.
Bagi Putin, kawasan Asia Tenggara sangat menjanjikan. Menurut dia, negara-negara di Asia Tenggara memiliki peran besar dalam perekonomian dunia, dan oleh karenanya kerja sama dengan ASEAN sangat menjanjikan, tidak terkecuali bagi Rusia.
Dalam sesi dialognya dengan Vietnam News Agency, Putin juga menyampaikan optimisme atas kerja sama Rusia dengan Vietnam yang sangat menjanjikan.
Dia menuturkan, Rusia dan Vietnam memiliki hubungan khusus sejak tahun 50-an, di era periode perjuangan kemerdekaan Vietnam. Baginya, cukup banyak juga kerja sama yang telah dijalin dua negara, di antaranya di bidang pengolahan energi hingga bidang kemanusiaan.
“Sekjen Partai Komunis Vietnam telah ke Rusia dan menggarisbawahi seluruh rencana yang telah dibangun antara Rusia dengan Vietnam. Mereka sangat realistis,” ujarnya.
Sementara dalam sesi dialog dengan rekan kantor berita China, Xinhua, Putin antusias menyampaikan tentang minat orang-orang di Rusia terhadap bahasa Mandarin yang selalu berkembang.
Putin tertarik mengulas bahasa Mandarin, sebab putrinya juga memelajari bahasa itu.
Menurut Putin, di Rusia saat ini terdapat sekitar 51.000 mahasiswa asal China, dan lebih dari 21.000 mahasiswa asal Rusia ada di China.
Proyek kerja sama antara Rusia dengan China menurutnya juga sangat besar. Oleh sebab itu, kata dia, minat terhadap bahasa Mandarin akan ikut bertumbuh.
(Bersambung)
*Ini adalah tulisan Direktur Utama LKBN Antara, jurnalis pertama dari Indonesia yang berdialog langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin
Editor : Budi Setiawan