Rembang, Jawa Tengah, MCI News - Sosok Raden Ajeng (RA) Kartini memang tak bisa lepas dari perjuangan perempuan di Tanah Air Indonesia. Bahkan, buah pikirnya dalam memperjuangkan pendidikan, Presiden Soekarno menetapkan hari lahirnya sebagai Hari Kartini setiap tanggal 21 April sejak tahun 1964.
Tak hanya itu, kisahnya juga diabadikan dalam bentuk bangunan bersejarah bernama Museum Kartini. Menariknya di Indonesia ada dua bangunan Museum Kartini.
Dikutip melalui laman resmi Kabupaten Jepara, museum Kartini terletak di utara alun-alun Jepara, Jawa Tengah. Bangunan Museum RA Kartini lainnya di Jalan Gatot Subroto No. 8, Kutoharjo, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, dekat dengan Alun-alun Rembang.
MCI News berkesempatan untuk mengunjungi Museum RA Kartini di Rembang. Tiket masuknya murah hanya Rp 5.000. Suasananya nampak asri. Di depan pendapa berarsitektur khas Jawa terdapat taman.
Kartini Hijrah ke Rembang
Meski terlahir dan besar di Kabupaten Jepara, Kartini lebih banyak berkiprah di bumi Kabupaten Rembang. Sejak dipersunting oleh Bupati Rembang Raden Adipati Aryo Singgih Joyodiningrat, 12 November 1903. Kartini yang kala itu berusia 24 tahun harus meninggalkan tanah kelahirannya Jepara, dan mengikuti suaminya ke Rembang.
Dalam kehidupan rumah tangga, Kartini menyandang status bukan sebagai istri pertama. Hal ini membuat Kartini menyalurkan hobinya menulis lewat surat-suratnya tentang emansipasi perempuan.
Kartini tak henti-hentinya melakukan korespondensi mencurahkan isi hatinya dan bertukar pikiran dengan sahabatnya pasangan suami istri warga Belanda, J.H Abendanon dan Rosita Manuela.
Museum Kartini Bekas Rumah Kartini Selama Jadi Istri Bupati Rembang
Museum RA Kartini Rembang menempati pendopo dan bangunan induk yang pernah digunakan sebagai Rumas Dinas Bupati Rembang, dan dulunya pernah ditinggali oleh Kartini bersama suaminya K.R.M Adipati Ario Djojoadhiningrat, Bupati Rembang (1889-1912).
Sekilas, bangunan museum ini terlihat berarsitektur khas Jawa dengan pendopo besar di bagian depannya, namun sebenarnya ada unsur kolonial dari bangunan itu, yaitu pada bagian kolomnya.
Kolom-kolom bergaya Eropa terbuat dari bahan campuran kapur dan pasir. Ada 20 pilar putih polos, 10 pilar putih besar bergerigi, dan 4 pilar utama berbentuk soko guru dari kayu jati.
Museum ini sempat disebut sebagai Kamar Pengabdian Kartini. Pada tahun 2011, Museum Kamar Pengabdian Kartini mendapat revitalisasi dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI.
Museum ini mempunyai koleksi berjumlah 224 buah yang terbagi menjadi 6 jenis yaitu etnografika, historika, filologi, keramologika, teknologika dan seni rupa.
Terdapat ruang yang berisi berbagai karya dari pahlawan nasional itu, diantaranya adalah buku “Habis Gelap Terbitlah Terang”, tulisan tangan surat-surat Kartini. Pembukuan pertama dilakukan J.H Abendanon dengan judul bahasa Belanda "Door Duisternis Tot Licht" dan terbit pertama pada 1911.
Ada juga lukisan karya Kartini serta foto-foto dirinya beserta keluarga semasa ia hidup. Koleksi unggulan museum ini adalah tulisan Kartini “Kongso Adu Jago”. Darah seni Kartini menurut ke putra semata wayangnya, Soesalit Djojoadhiningrat. Ia jago melukis dan hasil karya seninya juga dipajang di museum sang ibu.
Selain itu, ada 11 ruang pamer di Museum RA Kartini Rembang yaitu:
- Ruang utama
- Ruang Pengabdian RA Kartini
- Serambi timur dan taman inspirasi RA Kartini
- Kamar mandi RA Kartini
- Ruang kamar tidur R.M.A.A Djojoadiningrat
- Ruang keluarga
- Ruang makan keluarga
- Ruang batik dan lukisan
- Ruang habis gelap terbitlah terang
- Ruang koleksi buku
- Ruang mengajar RA Kartini
Editor : Yama Yasmina