Tarawih Malam Terakhir Khusyuk di Keheningan Nyepi

mcinews.id
Tarawih malam terakhir makin khusyuk dalam suasana keheningan Hari Suci Nyepi. (Foto: Antara)

Badung, MCI News - Pelaksanaan shalat tarawih terakhir di bulan Ramadan 1446 Hijriah di Kelurahan Tuban, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Sabtu 29 Maret 2025, berlangsung dalam suasana berbeda. Shalat tarawih dijalankan dengan penghormatan terhadap umat Hindu yang tengah melaksanakan Catur Brata Penyepian, karena bertepatan dengan perayaan Hari Raya Nyepi 1947 Saka.

Di Masjid Agung Asasuttaqwa yang lokasinya di dekat Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, hanya 10 jamaah yang nampak mengikuti tarawih di malam terakhir. Shalat di masjid itu dilaksanakan tanpa pengeras suara dan minim penerangan. Imam tarawih yang melantunkan pelan bacaan shalat makin membuat khusyuk dalam suasana hening Nyepi.

Pada malam-malam sebelumnya, tarawih di Masjid Agung A5sasuttaqwa berlangsung ramai, karena lokasinya strategis. Namun, Sabtu kemarin jamaah yang hadir jauh berkurang mengingat sebagian besar telah mudik sebelum Hari Raya Nyepi.

Menurut Ketua Takmir Masjid Asasuttaqwa H. Shidiq, situasi tarawih bersamaan dengan Hari Suci Nyepi juga terjadi tahun sebelumnya, sehingga tidak memberatkan dan tetap bisa diikuti jamaah.

“Tahun lalu juga sama seperti ini. Bedanya, kemarin awal puasa Nyepi-nya. Saat itu kami batasi juga jamaah yang boleh tarawih, hanya yang rumahnya dekat, dan pengurus masjid,” kata Haji Shidiq.

Koordinasi antara pengurus masjid, pecalang, dan Desa Adat Tuban menjadi kunci keberhasilan menciptakan suasana salat tarawih yang damai di tengah keheningan Nyepi. Sejumlah pecalang dari Desa Adat Tuban turut berjaga di sekitar area masjid Agung Asasuttaqwa untuk menjaga ketertiban dan keamanan.

Sekretaris Desa Adat Tuban I Gede Agus Suyasa mengatakan, tidak pernah melarang umat Muslim menjalankan ibadah tarawih, tetapi ada beberapa ketentuan yang harus dipatuhi. Diantaranya, jarak rumah jamaah tidak boleh lebih 300 meter dari masjid dan pencahayaan terbatas, tidak boleh terlihat keluar dari masjid.

“Selain itu, desa adat juga mengimbau umat Muslim melaksanakan tarawih di rumah masing-masing. Namun, pecalang tetap disiagakan untuk memastikan tarawih berjalan tertib dan tidak terjadi penumpukan jamaah di masjid,” ujar Agus Suyasa.

Dari masyarakat Muslim, sikap tenggang rasa juga ditunjukkan saat beribadah tarawih di masa Nyepi. Meskipun dalam keterbatasan, ibadah tarawih berlangsung dengan lancar dan khusyuk.

Shalat Isya digelar langsung disambung tarawih delapan rakaat dan ditutup witir tiga rakaat tanpa kuliah tujuh menit (kultum), sehingga prosesi ibadah selesai dalam waktu singkat, tidak lebih dari pukul 20.30 Wita.

Editor : Budi Setiawan

Peristiwa
Berita Populer
Berita Terbaru