Denpasar, MCI News - Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVII telah digelar pada 21 Juni sampai 19 Juli 2025. Pesta tersebut membawa tema Jagad Kerthi Lokahita Samudaya (Harmoni Alam Semesta) yang berlangsung di Panggung Terbuka Ardha Candra, Kota Denpasar, Bali.
Hari ke-3 PKB digelar pada 23 Juni menampilkan Utsawa (Parade) Kebyar Anak-anak dari salah satu Sekaa Gong Kebyar Anak-anak, yakni Sanggar Sudha Wirad, Banjar Pipitan - Desa Canggu, Kecamatan Kuta Utara, sebagai Duta Kabupaten Badung.
Baca juga: Gelar PKB Kabupaten ke - XLVII, Pemkab Badung Targetkan Pertahankan Posisi Juara
Tabuh Kreasi "Tala Bhanga" dari Kuta Utara, Kabupaten Badung yang membawa pesan refleksi musikal tentang harmoni lebih jujur. Bukan harmoni yang seragam, tapi yang lahir dari pertentangan antara keindahan dan ke-tidak indahan. Tabuh ini mempertanyakan, apakah yang tak indah tak punya tempat dalam semesta? Apakah kekacauan tidak juga bagian dari keseimbangan? Sejalan dengan tema Jagad Kerthi Lokahita Samudaya (Harmoni Semesta Raya). Tale Bhanga mengajak manusia merenungkan bahwa harmoni yang sejati bukanlah keheningan yang steril, tetapi kesatuan yang bersedia memperbaiki yang retak, gangguan, dan kecacauan.
Selanjutnya, Kabupaten Badung menampilkan Tari Tedung Sari yang merupakan sebuah pengamalan ide dari keberadaan sebuah properti yang sehari-hari digunakan masyarakat Bali sebagai sarana-prasarana upacara. Tedung, inspirasi inilah dikembangkan oleh I Nyoman Suarsa untuk dijadikan properti dalam sebuah garapan dengan memainkan dan membuat pola sangat dinamis sehingga karakter tari sangatlah menonjol sebagai sebuah tari pertunjukan.
Diakhir, Sanggar Sudha Wirad menampilkan dolanan yang berjudul "Kidal kidul". Dolanan tersebut menjelaskan kondisi anak-anak desa saat ini yang ingin tetap menyesuaikan tradisi di era perkembangan teknologi dimana keseimbangan adalah kunci dalam perjalanan. Artinya jangan terlalu ke kanan atau ke kiri hingga teruwujud Jagad Kerthi Lokahita Samudaya.
Usai acara, Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK Badung) Rasniathi Adi Arnawa mengapresiasi penampilan mereka yang terkesan sangat alami khususnya dalam penggunaan bahasa Inggris.
"Selain lucu, lugu ya, jadi tidak dibuat-buat. Alami saja. Kan tadi ada bahasa Inggris tadi ya, itukan Pak Bupati sedang proses pelaksaan les bahasa Inggris di setiap banjar," kata Rasniathi kepada wartawan.
Ia berharap penampilan anak-anak bisa menjadi orang yang sukses di masa depan.
Di sisi lain, Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung I Gede Eka Sudharwita berharap pementasan tersebut bisa memberi acuan untuk pengembangan seni bersama anak-anak Kabupaten Badung di masa yang akan datang.
Sudharwita juga menyampaikan dolanan yang ditampilkan memerlukan kolaborasi khususnya dalam mengingatkan akan perlunya melestarikan permainan tradisional di perkembangan teknologi saat ini.
"Dengan upaya ini, kami kira sudah ada upaya untuk melestarikan permainan rakyat yang tumbuh dan berkembang di wilayah Kuta Utara khususnya desa Canggu," kata Sudharwita kepada wartawan.
Sementara itu, I Putu Wahyudi Cahya Putra selaku Sekretaris Sanggar Sudha Wirad Kuta Utara mengingatkan disamping peningkatan kreativitas generasi muda dan pelestarian budaya, menjaga harmonisasi dengan lingkungan juga harus dilakukan. Hal tersebut dinyatakan dengan pelepasan 50 ekor burung saat pembukaan.
Wahyudi juga menyampaikan dalam pementasan dolanan bisa menumbuhkan kesadaran masyarakat luas untuk mengawasi perkembangan perilaku anak terhadap pengaruh perkembangan teknologi.
"Pengaruh modernisasi khususnya di HP. Mana sih yang lebih penting antara HP, anak, atau orang tua?," ujar Wahyudi kepada wartawan.
Wahyudi juga mengungkap dalam pelatihan anak-anak untuk persiapan harus menyita HP saat latihan sehingga fokus untuk memberi penampilan yang baik.
"Jadi pas latihan memang gitu kondisinya. Dikit-dikit lihat HP, kita di awal-awal ya seperti itu. Cuman metode kita ketika udah mulai latihan ya HP-nya disita dulu. Sementara pada saat latihan udah istirahat, kita bagikan lagi. Memang itu fakta yang terjadi," ungkapnya.
Editor : Yasmin Fitrida Diat