Banyuwangi, MCI News - Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur (Sekdaprov Jatim) Adhy Karyono menegaskan bahwa Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) harus menjadi wadah strategis untuk berbagi pengalaman terbaik (sharing best practice) dalam penanggulangan bencana. Lebih dari itu, forum ini diharapkan menjadi media pembelajaran kolektif untuk meningkatkan kesiapsiagaan, antisipasi, dan mitigasi bencana di seluruh daerah.
"Forum ini harus betul-betul menjadi forum yang bisa memberikan pencerahan kemudian belajar untuk best practice penanggulangan bencana," ujar Adhy Karyono usia membuka Jambore III Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Jawa Timur Tahun 2025 di Grand Watudodol yang terletak di Dusun Paras Putih, Desa Bangsring, Wongsorejo, Banyuwangi, Sabtu (13/9/2025).
Menurut Adhy, penanggulangan bencana tidak bisa hanya dibebankan pada pemerintah. Perlu keterlibatan aktif seluruh unsur pentahelix, pemerintah, akademisi, masyarakat, sektor swasta, dan media, agar tercipta sinergi yang kokoh.
"Ini kegiatan yang sangat penting dalam dunia penanggulangan bencana, terutama pada tahap kesiapsiagaan. Sistem yang baik hanya bisa terbangun bila melibatkan semua pihak," ujarnya.
Jambore kali ini diikuti peserta dari 105 kabupaten/ kota yang berasal dari 29 provinsi di Indonesia. Kehadiran para delegasi menjadi kesempatan berharga untuk saling berbagi pengalaman, strategi, dan inovasi penanggulangan bencana.
Di kesempatan ini pula, Adhy Karyono menuturkan, saat ini tengah digencarkan penanggulangan bencana yang melibatkan masyarakat. Tujuannya agar masyarakat semakin peduli, semakin sadar tentang langkah antisipatif dan mitigasi bencana.
"Supaya mereka menjadi resources dalam penanggulangan bencana dan kita membutuhkan suatu forum untuk bisa berbagi bersinergi berkolaborasi antar komunitas penanggulangan bencana," tuturnya.
Tak hanya itu, Sekdaprov Jatim ini juga menyampaikan Kabupaten Kota di Jawa Timur harus memiliki pemetaan dan rencana kontijensi terhadap terjadinya sebuah bencana. Juga termasuk menyiapkan rute-rute evakuasi dan desa-desa tangguh bencana.
"Jadi harus tau seberapa besar dampaknya dalam suatu potensi bencana dan kira-kira berapa manusia yang akan terdampak kemudian berapa resources yang akan bisa kita gunakan jika terjadi bencana," terangnya.
Selain itu, Adhy Karyono juga mengatakan pentingnya terus melakukan simulasi, pelatihan dan gladi penanganan bencana. Karena datangnya bencana tidak ada yang tahu, begitu pun jenis bencana mungkin bisa sama tetapi eskalasi dampaknya pasti berbeda.
"Kesiapsiagaan itu menjadi sesuatu yang harus terus diulang, dilakukan simulasi, gladi dan dilatih, supaya ketika terjadi bencana memang sudah tahu apa yang dilakukan," tegasnya.
Hal tersebut bukan bernilai berlebihan, tetapi Jawa Timur sendiri merupakan wilayah yang memiliki risiko bencana yang tinggi, bahkan bisa disebut sebagai 'etalase bencana'. Dalam lima tahun terakhir, lebih dari 1.500 kejadian bencana tercatat di berbagai daerah di Jawa Timur seperti banjir, longsor, gempa bumi, kekeringan, hingga bencana non-alam.
"Dibutuhkan banyak pihak yang aware dan peduli terhadap potensi-potensi bencana, maka harus melibatkan masyarakat karena jika hanya pemerintah tentu tidak akan mampu menangani itu semua," jelasnya.
Di momen ini, Sekdaprov turut melakukan penanaman pohon Cemara udang di lokasi Grand Watudodol Banyuwangi dan memberikan bantuan senilai Rp25 juta untuk FPRB.
Editor : Yasmin Fitrida Diat