Washington, MCI News - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menarik perhatian dunia. Ia mengumumkan kebijakan tarif timbal balik atau reciprocal tariffs dalam konferensi pers yang digelar di Rose Garden Gedung Putih di Washington, Rabu 2 April 2025.
Sejak awal kepemimpinannya, Trump memang menekankan kebijakan perdagangan yang lebih proteksionis guna melindungi industri dalam negeri AS. Hal ini sesuai dengan prinsipnya yang dikenal dengan ‘America First’.
Baca juga: Sikapi Kebijakan Tarif Impor AS, Gubernur Jatim Ajak Apindo Cari Peluang
Kebijakan ini menetapkan semua negara mitra dagang akan dikenakan tarif minimal sebesar 10%. Sementara negara-negara yang dianggap memiliki hambatan tinggi terhadap produk AS akan menghadapi tarif yang lebih besar.
Apa Itu Reciprocal Tariffs?
Lantas, apa sebenarnya reciprocal tariffs ini? Dikutip dari laman USA Today, reciprocal tariffs adalah kebijakan yang bertujuan untuk mengatasi ketidakseimbangan perdagangan global dengan mengenakan tarif lebih tinggi pada barang-barang impor dari negara mitra dagang.
Baca juga: Senator AS Ancam Makzulkan Trump dalam Waktu 30 Hari
Kebijakan ini diterapkan sebagai respons terhadap kebijakan tarif negara lain yang dianggap merugikan AS. Dengan kata lain, tarif yang dikenakan pada barang impor akan sebanding dengan tarif yang diterapkan oleh negara mitra terhadap produk AS.
Sebagai contoh, dalam presentasi yang dilakukan Donald Trump, ia mengungkapkan barang-barang yang diimpor dari China akan dikenakan tarif sebesar 34%, sedangkan impor dari Uni Eropa dikenakan tarif 20%.
Dampak Kebijakan Reciprocal Tariffs
Baca juga: Donald Trump Tunda Pemblokiran TikTok, Ada Perpanjangan Waktu 75 Hari
Meskipun tidak serta-merta menyebabkan resesi, kebijakan ini diperkirakan akan berdampak signifikan pada perekonomian AS, khususnya bagi konsumen dan produsen yang harus menghadapi kenaikan harga barang.
Dengan berbagai kontroversi yang menyertai penerapan reciprocal tariffs, masih perlu dilihat bagaimana kebijakan ini akan memengaruhi perdagangan global serta hubungan dagang antara AS dengan negara-negara mitranya di masa mendatang.
Editor : Yama Yasmina