Surabaya, MCi News - Kendala birokrasi pengobatan di rumah sakit, menjadi masalah utama penderita thalassemia untuk mencari kesembuhan. Thalasemia adalah penyakit kelainan genetik yang mengganggu produksi hemoglobin, protein dalam sel darah merah, yang bertanggung jawab untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh.
“Masalah birokrasi di rumah sakit, seperti penanganan pasien BPJS, untuk penyakit thalasemia, tidak semua tercover. Seperti contohnya jika di rumah sakit swasta, adalah transfusi darah. Penderita thalasemia memerlukan transfusi darah, dalam dua pekan, minimal adalah lima kantong darah. Sedangkan, BPJS hanya membeayai maksimal dua kantong, selebihnya harus membayar sendiri,” ungkap Siti Romlah, pengurus Yayasan Penderita Thalassemia Indonesia (Popti), saat memperingati Hari Thalasemia Sedunia di Grand City Mall Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur, Kamis 8 Mei 2025.
Pasien thalasemia jika berobat di RSUD dr. Soetomo, untuk BPJS semua tercover. Tetapi harus bersabar, dikarenakan jumlah antrean pasien yang sangat banyak. "Saat ini, Popti mendapatkan fasilitas untuk berobat di Rumah Sakit Universitas Airlangga (RS Unair) di Jl. Dharmahusada Permai, Mulyorejo, Kecamatan Mulyorejo, Surabaya," ujar Siti.
Yayasan Popti sudah berdiri sejak 20 tahun lalu. Berlokasi di Jl Rungkut Mapan Barat 7 Blok BG No. 4, Kota Surabaya, yayasan ini memerjuangkan lebih dari 100 penderita thalasemia.
Siti menuturkan, awal mula yayasan ini didirikan, karena anaknya juga menderita thalasemia. Dengan berkumpulnya penderita thalassemia bisa bersama-sama mencari pengobatan. "Sehingga saling support dan menguatkan satu sama lainnya."
Yayasan Popti yang diinisiasi Siti murni berdiri sendiri, tanpa bantuan dana dari pihak lain. "Kami berharap, kehadiran Yayasan Popti membuat penderita thalasemia tidak berkecil hati. Saling menguatkan, sehingga bisa selalu sehat," tuturnya.
Editor : Yama Yasmina