Surabaya, MCI News - Era digital menghadirkan berbagai tantangan yang perlu dihadapi, terutama dalam hal keamanan siber, perubahan perilaku konsumen, dan persaingan bisnis yang semakin ketat. Selain itu, ada juga tantangan terkait kesenjangan akses teknologi, perubahan pola belajar, dan kesehatan mental.
Ketika disinggung akan tantangan digital bagi pelajar pada saat ini, Anggota Komisi D DPRD kota Surabaya Dr. Michael Leksodimulyo,MBA,M.Kes pun ikut angkat bicara. Saat ini, pada khususnya pelajar, masuk di dunia digital. Segala informasi apapun bisa diakses dengan sangat mudah. “Mudahnya informasi yang didapat melalui digital sangat cepat. Bahkan lebih cepat daripada kemampuan para guru.” Ujar Politisi dari Fraksi PSI ini, ketika ditemui di ruang kerja Komisi D DPRD Kota Surabaya, Jl. Yos Sudarso No.18 - 22, Embong Kaliasin, Kec. Genteng, Surabaya, Jawa Timur, Selasa, (5/8/2025).
Ia menambahkan, jika guru saat ini tidak bisa mengikuti perkembangan digital, tidak mempunyai akses digital lebih, maka akan kalah dengan para muridnya. Bahkan, dengan tegas Michael mengatakan bahwa tingkat kritis anak sekarang lebih tajam, lebih kritis.
Pengembangan akses digital pun saat ini sangat cepat. Michael mencontohkan, yang juga sebagai pengajar keperawatan dan fakultas kedokteran, pertanyaan mahasiswa lebih jauh dari pengetahuan saya,.karena saya juga kurang terampil dalam pemahaman digital.jadi juga kadang membuat binggung. “Jadi sangat cepat sekali perkembangan digital dalam dunia pendidikan saat ini. Jadi pertanyaan yang diajukan mahasiswa tersebut saya hold dulu, dan saya mencari literasi yang pas untuk menjawab pertanyaan tersebut, untuk dijelaskan pada pertemuan selanjutnya.” Katanya.
Michael menjelaskan, pada saat ini, kreativitas dan imajinasi anak-anak juga lebih jauh, daripada anak-anak dimasa yang lalu. Bisa berinteraksi dengan teman-teman lainnya yang letaknya jauh. Dan itu menjadi sisi positif. Sedangkan dampak negatifnya, anak-anak jaman sekarang pasti tidak mengetahui sejarah bagimana perang Diponegoro, berapa jumlah bulu pada Burung Garuda, bagaimana itu Bhineka Tunggal Ika, siapa penjahit bendera Merah Putih, dan sejarah-sejarah lain. itulah sekarang, bahwa nilai-nilai nasionalisme sudah mulai luntur. Tetapi, jika ditanya tentang film kartun atau anime, dengan detail anak sekarang bisa menjelaskan dengan detail. Tegasnya.
Politisi PSI ini menyerukan bahwa harus ada keseimbangan dari keluarga dan sekolah, mengenai nasionalisme. Sekolah diharapkan memberikan kembali pelajaran tentang nilai-nilai nasioanlisme, penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) agar diadakan kembali di sekolah.
Pelajaran digital pada saat ini saat diperlukan. Jika kita tidak menguasai digital, maka saat ini kita akan dianggap buta huruf. Pungkasnya.
Editor : Cahaya Kurniawan