Jakarta, MCI News – Setiap tanggal 28 September diperingati sebagai Hari Kereta Api Nasional, yang tahun ini sekaligus menandai ulang tahun ke-80 PT Kereta Api Indonesia (Persero) dengan mengusung semangat “Semakin Melayani”.
Tema tersebut menjadi pengingat, perjalanan panjang kereta api di tanah air bukan sekadar moda transportasi, melainkan juga cermin komitmen pelayanan publik yang terus berkembang demi kebutuhan masyarakat modern.
Manajemen KAI menggelar upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 di Pusdiklat Ir. H. Juanda, Jalan Laswi No. 23, Kota Bandung. Upacara dipimpin langsung Direktur Utama KAI, Bobby Rasyidin, dan diikuti jajaran komisaris, direksi serta ribuan pegawai dari berbagai unit kerja KAI.
Dresscode Tempoe Doeloe
Kemeriahan upacara tahun ini juga semakin terasa dengan dresscode khusus. Untuk jajaran Dekom, Direksi, EVP, dan VP ditetapkan mengenakan Pakaian Kereta Api Tempoe Doeloe (SS, Perumka, PJKA, dan lainnya).
Sementara itu, jajaran Manager hingga Pelaksana mengenakan Pakaian Dinas Harian KAI Masa Kini (R6 Putih). Penampilan ini memperlihatkan perjalanan perkeretaapian Indonesia dari masa ke masa.
Penghargaan dan Santunan Anak Yatim
Dalam kegiatan itu, KAI memberikan penghargaan kepada pegawai berprestasi serta pegawai yang telah berdinas selama 10, 20, dan 30 tahun. Penghargaan ini menjadi wujud apresiasi perusahaan atas dedikasi dan loyalitas insan KAI dalam menjaga keberlangsungan layanan kereta api.
KAI juga memberikan santunan kepada anak-anak yatim piatu sebagai bentuk kepedulian sosial dan komitmen perusahaan untuk berbagi kebahagiaan dengan sesama.
Sejarah dan Cikal Bakal PT KAI
Jejak perkeretaapian Indonesia bermula pada 17 Juni 1864 ketika Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van de Beele, melakukan pencangkulan pertama jalur kereta api di Desa Kemijen, Semarang.
Jalur tersebut menghubungkan Semarang- Vorstenlanden (Solo-Yogyakarta) dan dibangun oleh perusahaan swasta NV. NISM dengan lebar sepur 1435 mm.
Pemerintah Hindia Belanda kemudian ikut serta melalui Staatssporwegen (SS) pada 8 April 1875 dengan rute Surabaya-Pasuruan-Malang. Dari Jawa, pembangunan rel meluas ke berbagai daerah lain: Aceh (1876), Sumatera Utara (1889), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), hingga Sulawesi (1922). Hingga 1928, panjang jaringan rel di Indonesia mencapai 7.464 km.
Masa pendudukan Jepang, rel digunakan untuk kepentingan perang, bahkan sebagian jalur dibongkar dan dipindahkan ke Burma. Namun, setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, para pejuang segera mengambil alih stasiun dan kantor pusat kereta api yang dikuasai Jepang.
Puncaknya, kantor pusat kereta api di Bandung berhasil direbut pada (28/9/1945). Peristiwa inilah yang kemudian diperingati sebagai Hari Kereta Api Nasional, sekaligus berdirinya Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI).
Seiring waktu, lembaga perkeretaapian berubah nama menjadi PNKA, PJKA (1971), Perumka (1991), hingga akhirnya resmi berbentuk PT Kereta Api Indonesia (Persero) pada 1998.
HUT ke-80 KAI
"Delapan puluh tahun adalah kisah perjalanan panjang. Di momen ulang tahun ke-80 ini, bukan hanya tentang perubahan, dedikasi, dan pelayanan. Dengan semangat “Semakin Melayani”, KAI berkomitmen untuk terus berinovasi, menjaga keselamatan, meningkatkan kenyamanan, dan menghadirkan pengalaman terbaik bagi pelanggan," demikian dikutip dari akun resmi media sosial X @KAI121.
"Karena bagi KAI, perjalanan kereta bukan sekadar mengantarkan #SahabatKAI dari stasiun keberangkatan ke stasiun tujuan, tetapi juga merangkai cerita, harapan, dan masa depan Indonesia," demikian lanjutnya.
Dirgahayu Kereta Api Indonesia
28 September 2025
Editor : Yasmin Fitrida Diat