Ketua Apsyfi Ingatkan Presiden Prabowo Soal Rencana Hapus Kuota Impor

author mcinews.id

mcinews.id

Rabu, 09 Apr 2025 16:49 WIB

copy
Presiden Prabowo Subianto. (Foto: Antara)
Presiden Prabowo Subianto. (Foto: Antara)

i

Jakarta, MCI News - Ketua Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (Apsyfi) Redma Gita Wirawasta bereaksi keras atas rencana Presiden Prabowo Subianto untuk menghapus seluruh kuota impor. Pasalnya, rencana ini bisa menjadi ‘bumerang’ bagi industry tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional bila tidak dilakukan dengan cermat.

Prabowo sendiri menyampaikan rencananya itu pada acara Sarasehan Ekonomi Nasional pada Selasa (8/4/2025) lalu sebagai tanggapan kebijakan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Pada acara tersebut, Prabowo dengan tegas memerintahkan jajaran Kabinet Merah Putih (KMP) untuk menghapus kuota impor dengan tujuan mempermudah pengusaha Indonesia, terutama yang bermitra dengan perusahaan global, dalam menjalankan usahanya.

"Menko (Perekonomian), Menteri Keuangan, Gubernur BI ada, Ketua DEN ada, saya sudah kasih perintah untuk hilangkan kuota-kuota impor. Terutama untuk barang-barang menyangkut hajat hidup orang banyak, ya kan? Siapa yang mampu, siapa yang mau impor, silakan," ujar Presiden.

Redma menyatakan bahwa pihaknya tak keberatan dengan rencana pemerintah untuk membuka keran impor. Namun, ia menekankan perlunya pemilahan produk agar kebijakan tersebut tidak merugikan industri nasional dan akan berdampak pada perekonomian nasional.

"Terkait deregulasi ini perlu dipilah, kalau impornya dibuka semua justru jadi bumerang. Untuk barang yang memang tidak kita produksi, kami setuju untuk dibuka, tapi kalau sudah bisa produksi dalam jumlah besar sebaiknya jangan dibuka," tegas Redma dikutip Antara, Rabu (9/4/2025).

Redma khawatir bahwa pembukaan keran impor untuk seluruh subsektor akan berdampak negatif pada industri TPT. Ia menjelaskan bahwa tidak sedikit negara memberikan insentif besar kepada industri tekstil mereka, sehingga produk yang dijual menjadi jauh lebih murah. Kondisi ini akan menyulitkan industri TPT dalam negeri untuk bersaing.

"Insentif di negara lain sangat besar, jadi mereka bisa menjualnya dengan sangat murah, kalau impornya dibuka pasti kita tidak bisa bersaing," katanya.

Sebagai solusi, Apsyfi mengusulkan agar pemerintah untuk membuka peluang impor bagi kapas, yang merupakan bahan baku krusial bagi industri tekstil nasional. Namun, untuk produk seperti benang, kain, dan garmen, Apsyfi meminta agar pemerintah tetap memberlakukan pembatasan. Lebih-lebih pada impor ilegal.

"Tapi untuk benang, kain dan garmen lebih baik dibatasi apalagi yang ilegal harus diberantas. Kalau impor benang, kain dan garmen turun otomatis konsumsi kapas kita naik, jadi utilisasi produsen benang, kain dan garmen juga akan naik," jelas Redma.

Permintaan Apsyfi ini didasarkan pada kekhawatiran akan potensi banjirnya produk impor murah yang dapat mematikan industri TPT dalam negeri. Jika industri dalam negeri tidak mampu bersaing, dampaknya akan meluas, mulai dari penurunan produksi, potensi pemutusan hubungan kerja (PHK), hingga penurunan kontribusi sektor TPT terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Pernyataan Prabowo ini sendiri muncul setelah mendengar keluhan dari pengusaha yang memiliki kemitraan dengan perusahaan global, khususnya dari Amerika Serikat. Para pengusaha tersebut merasa bahwa aturan terkait impor di Indonesia menciptakan ketidakpastian dalam proses negosiasi dan berpotensi menunda realisasi investasi.

Kebijakan penghapusan kuota impor ini menjadi sorotan tajam dan memicu perdebatan. Di satu sisi, kebijakan ini diharapkan dapat mempermudah arus barang dan meningkatkan daya saing pengusaha Indonesia di kancah global.

Namun, di sisi lain, kekhawatiran akan nasib industri dalam negeri, terutama sektor-sektor yang rentan terhadap persaingan harga semakin menguat.

Karena itu, pemerintah di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto diharapkan dapat mempertimbangkan dengan matang masukan dari berbagai pihak, termasuk pelaku industri, dalam merumuskan kebijakan impor.

 

Editor : Faaz Elbaraq

Berita Terbaru

Menteri Kebudayaan Fadli Zon Menetapkan Hari Keris Nasional 19 April

Menteri Kebudayaan Fadli Zon Menetapkan Hari Keris Nasional 19 April

Minggu, 20 Apr 2025 08:29 WIB

Minggu, 20 Apr 2025 08:29 WIB

Hari Keris Nasional dicanangkan Menteri Kebudayaan (Menhub) Fadli Zon di Gedung Samantha Krida, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Sabtu 19 April 2025.…

Ferry Salim Mantu, Pernikahan Putra Sulungnya Brandon Salim Bernuansa Tionghoa

Ferry Salim Mantu, Pernikahan Putra Sulungnya Brandon Salim Bernuansa Tionghoa

Minggu, 20 Apr 2025 08:05 WIB

Minggu, 20 Apr 2025 08:05 WIB

Nuansa Tionghoa kental di pernikahan pasangan aktor Brandon Salim, anak sulung Ferry Salim, dengan Dhika Himawan.…

Iming-iming Kontrak Fantastis untuk Max Verstappen Keluar dari Red Bull

Iming-iming Kontrak Fantastis untuk Max Verstappen Keluar dari Red Bull

Minggu, 20 Apr 2025 07:43 WIB

Minggu, 20 Apr 2025 07:43 WIB

Sebuah tim dikabarkan siap memberi Max Verstappen kontrak senilai 264 juta Euro (setara Rp 5,1 triliun) selama tiga musim.…

Indonesia Tuan Rumah Piala AFF U-23 2025, Menanti Taktik Gerald Vanenburg

Indonesia Tuan Rumah Piala AFF U-23 2025, Menanti Taktik Gerald Vanenburg

Minggu, 20 Apr 2025 07:20 WIB

Minggu, 20 Apr 2025 07:20 WIB

Indonesia tuan rumah AFF U-23 Championship 2025 dan proses drawing dilaksanakan tanggal 30 Mei mendatang.…

95 Tahun PSSI, Erick Thohir Berharap Lolos Piala Dunia Jadi Tradisi

95 Tahun PSSI, Erick Thohir Berharap Lolos Piala Dunia Jadi Tradisi

Minggu, 20 Apr 2025 06:52 WIB

Minggu, 20 Apr 2025 06:52 WIB

PSSI berulang tahun ke-95, Sabtu 19 April 2025. Perayaan ulang tahun itu diselenggarakan di The Meru, Sanur, Bali.…

Gitaris Seringai Ricky Siahaan Meninggal Usai Manggung di Jepang

Gitaris Seringai Ricky Siahaan Meninggal Usai Manggung di Jepang

Sabtu, 19 Apr 2025 22:55 WIB

Sabtu, 19 Apr 2025 22:55 WIB

Gitaris Seringai Ricky Siahaan meninggal dunia usai manggung di Jepang, Sabtu, 19 April 2025.…