Surabaya, MCI News - Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa meresmikan Program Beasiswa Santri Unggul Tahun 2025. Momen ini bertepatan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-117, Selasa (20/5/2025). Beasiswa diberikan kepada 1.193 santri unggul di Jawa Timur. Agenda ini digelar di Gedung Islamic Centre Surabaya.
Khofifah menekankan peran penting santri dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga santri unggul berhak mendapatkan apresiasi melalui beasiswa pendidikan tinggi. Hal ini mengingat kontribusi signifikan santri dalam sejarah perjuangan dan pertahanan kemerdekaan Indonesia, yang kemudian diperingati sebagai Hari Santri Nasional.
“Santri bukan hanya penjaga nilai moral dan spiritual, tetapi juga aset intelektual bangsa. Ketika mereka diberi akses pendidikan tinggi, mereka akan tumbuh menjadi pemimpin masa depan yang visioner, berakhlak, dan berkontribusi nyata bagi masyarakat,” ujarnya.
Khofifah mengatakan program ini bukan sekadar bantuan biaya pendidikan, melainkan bagian dari ikhtiar strategis dalam membangun ekosistem pendidikan yang inklusif, merata, dan berakar kuat pada nilai-nilai karakter.
“Kita tengah menyiapkan sumber daya manusia yang tidak hanya unggul secara intelektual, tetapi juga memiliki integritas yang kokoh. Dan pesantren adalah kawah candradimuka terbaik dalam pembentukan karakter tersebut,” tegasnya.
Lebih lanjut, Khofifah menjelaskan program ini dijalankan melalui Lembaga Pengembangan Pendidikan Diniyah (LPPD) Provinsi Jawa Timur, dan telah menjadi salah satu bentuk afirmasi strategis Pemprov Jatim untuk memperkuat peran pesantren dalam mencetak SDM unggul dan berdaya saing.
Program Beasiswa Santri Unggul yang digagas sejak 2019 telah menjangkau 6.876 santri dari berbagai latar belakang dan daerah. Pada tahun 2025, program ini dialokasikan dalam lima skema dengan total anggaran Rp 31,3 miliar. Rinciannya adalah beasiswa S1 untuk 518 santri senilai Rp 6,3 miliar, beasiswa S2 untuk 225 santri senilai Rp 4,28 miliar, dan beasiswa S3 untuk 40 santri senilai Rp3 miliar.
Selain itu, ada juga beasiswa Ma'had Aly senilai Rp6 miliar untuk 380 santri dan beasiswa S2 di Universitas Al-Azhar Kairo senilai Rp 11,28 miliar untuk 30 santri.
Khofifah memandang banyaknya jumlah santri dan ponpes di Jatim ini sebagai kekuatan strategis yang apabila dioptimalkan, dapat menjadi pendorong utama kemajuan nasional, baik dari sisi moralitas maupun inovasi. Menurutnya, santri harus dipandang bukan hanya sebagai subjek pendidikan keagamaan, akan tetapi juga sebagai agen transformasi sosial.
“Mereka bisa menjadi akademisi, teknokrat, diplomat, bahkan entrepreneur. Kita hanya perlu membuka akses, membimbing, dan mempercayakan mereka dengan tanggung jawab,” tuturnya.
Khofifah yakin program ini bisa menjadi bagian dari misi besar Pemprov Jatim dalam menyiapkan generasi emas 2045, yaitu generasi muda yang kompeten, adaptif, dan mampu bersaing di tingkat global tanpa meninggalkan akar keislaman dan kebangsaan mereka.
“Kalau kita bicara tentang masa depan Indonesia, maka jawabannya ada pada kualitas manusianya. Dan ketika santri mendapat panggung yang setara, mereka akan membuktikan bahwa keilmuan dan nilai-nilai pesantren relevan dengan tantangan zaman,” ujar Khofifah.
Mantan Menteri Sosial (Mensos) ini pun mengapresiasi seluruh pengasuh pesantren dan pemangku kepentingan pendidikan di Jatim yang telah menjadi mitra penting dalam mencetak generasi muda yang tangguh, cerdas, dan berakhlak. Menurutnya, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci keberlanjutan program ini.
“Tidak mungkin program sebesar ini berjalan sendiri. Diperlukan sinergi antara pemerintah, pesantren, akademisi, dan masyarakat luas untuk membangun ekosistem yang sehat bagi pertumbuhan SDM kita,” katanya.
Khofifah juga mengingatkan pentingnya penguatan SDM di lingkungan pesantren, terutama bagi pesantren-pesantren yang memiliki jumlah santri di atas 500 orang. Menurutnya, pesantren yang memiliki perguruan tinggi perlu mendapatkan perhatian khusus dalam penguatan kapasitas dosen tetapnya.
“Untuk dosen-dosen tetap di pesantren yang memiliki perguruan tinggi, Pemprov Jatim memberikan beasiswa S2 dan S3. Alhamdulillah, saat ini sudah ada 14 orang yang lulus S3,” ungkapnya.
Tak hanya itu, Khofifah mengungkap Pemprov Jatim juga akan mulai mengirim mahasiswa program S2 ke Universitas Al-Azhar di Mesir. Sebelumnya, pengiriman beasiswa ke Al-Azhar untuk jenjang S1. Namun, mulai tahun ini akan difokuskan pada jenjang S2. Sedangkan S1 ditiadakan.
“Kenapa S2, karena kita berharap mereka pulang menjadi ulama Al-Azhar, seperti pesan KH Maimun Zubair. Kalau dari Al-Azhar, jangan hanya menjadi sarjana Al-Azhar, tapi ulama Al-Azhar,” jelas Khofifah.
Di akhir, Khofifah mengajak seluruh elemen bangsa menjadikan Hari Kebangkitan Nasional sebagai momentum membangkitkan kesadaran kolektif bahwa masa depan Indonesia bergantung pada sejauh mana kita menyiapkan generasi penerusnya. Dan dari pesantren-pesantren di Jawa Timur, harapan itu terus menyala.
“Insya Allah, dari para santri hari ini, akan lahir pemimpin-pemimpin besar esok hari. Mereka akan membawa ilmu, akhlak, dan semangat kebangsaan untuk membangun Indonesia yang maju, sejahtera, dan bermartabat,” pungkasnya.
Editor : Yama Yasmina