Serius Tangani Sampah, Desa Darmasaba Terapkan Inovasi dan Osaki Composting System di TPS 3R Pudak Mesari dari 2023

mcinews.id
TPS 3R Pudak Mesari Darmasaba dan hasil komposnya. (Foto: Faiz Dhaifullah/mcinews.id))

 

Bali, MCI News - Penanganan sampah di Bali masih menjadi permasalahan serius khususnya akan akibat seperti banjir, menurunnya kehigenisan, dan berpotensi menurunkan minat wisatawan. 

Baca juga: Inovasi Desa Darmasaba Lanjutkan Perjuangan ke Tingkat Nasional dan Diakui Negara Tetangga

Desa Darmasaba telah melakukan inovasi yang diberi nama Galah Melah (Gerak dan Langkah Memilah Sampah) serta menerapkan BARES (Darmasaba Recycling Waste Stock Exchange atau Bursa Sampah Darmasaba) dengan tujuan melakukan penjualan sampah anorganik yang memiliki nilai jual. 

Dalam penerapan BARES, Perbekel Darmasaba mengatakan penataan bursa karena dalam penjualan sampah tersebut menunggu harga naik terlebih dahulu.

"Kita nyebutnya bursa. Sampah masyarakat, kita beli nih. Kita beli, ya akhirnya kita jual kepada pengepul. Jadi, kita jual ke pengepulnya ketika harga tinggi, kita baru jual. Kalau harganya jelek, kita simpan," jelas Perbekel Darmasaba. 

hasil kompos dari TPS 3R Pudak Mesari Darmasaba yang sudah dikeringkan

Tak hanya itu, Desa Darmasaba telah melakukan pengelolaan sampah tingkat lanjut dengan mendaur ulang sampah menjadi kompos sejak tahun 2023. Perbekel Darmasaba Ida Bagus Surya Prabhawa Manuaba mengungkap inovasi pengolahan sampah tersebut merupakan hasil studi dari Jepang dengan sebutan D'KIOS (Darmasaba Osaki Composting System). Penerapan studi di Desa Darmasaba telah berhasil dan menghasilkan kompos berkualitas hingga melakukan penjualan sebesar 40 ton. Ia memastikan kompos yang dihasilkan benar-benar aman untuk pertanian.

"Saya bawa ilmunya ke sini. Jadi kita menciptakan kompos yang berkualitas tinggi. Ini di catatan, kami tuh selalu menguji lab. Kita uji lab di Udayana, kita uji lab di UGM, sehingga hasil itu benar-benar yang bagus. Sehingga aman untuk para petani," ungkapnya. 

Hebatnya, Perbekel Darmasaba juga mengatakan telah ada beberapa pihak yang berlangganan melalukan pemesanan kompos yang dihasilkan dengan rentang waktu pengolahan sekitar empat bulan.

"Sampah dari bulan Januari, itu paling cepat jadi kompos di bulan Mei. Artinya, penjualan kompos dari bulan Mei sampai sekarang sudah 40 ton lebih. Bahkan indent (dalam proses pemesanan)," jelasnya.

Untuk tetap menjaga kesadaran masyarakatnya, Perbekel Darmasaba membuat dan menerapkan LAN PERCAYA (Lead Action for Nature - Promoting Environmental Recycling, Conservation, Awareness, and Youth Action) yang berbentuk edukasi melalui penggunaan aplikasi bernama CAMPAH (Catat Semua Aktivitas Limbah dalam Beberapa Klik Saja) yang dimiliki oleh TPS 3R Pudak Mesari untuk memastikan kuota sampah benar-benar bisa dihitung.

Demi mendukung edukasi kepedulian terhadap sampah secara berkelanjutan, Desa Darmasaba membuat kelompok "Pemuda Peduli Lingkungan" yang mirip seperti Pandawara. 

Meskipun telah menerapkan banyak inovasi, Perbekel Darmasaba mengakui TPS 3R Pudak Mesari membutuhkan perluasan wilayah demi bisa menampung lebih banyak sampah lagi.

"Kenapa? Karena kita punya 2.161 KK (Kartu Keluarga). TPS 3R itu maksimal 10 are itu hanya 500 KK saja. Sudah overload, sangat-sangat overload. Makanya sampah kita sampai menggunung-gunung. Untungnya bukan sampah jorok, tapi sampah daun sehingga tidak bau," jelasnya.

hasil kompos TPS 3R Pudak Mesari Darmasaba yang sudah dipacking

Desa Darmasaba juga menerapkan Berlian (Beternak Lele untuk Kemandirian dan Nutrisi Anak) untuk mengatasi limbah daging dengan cara meminta masyarakat memelihara ikan lele lalu memanfaatkan limbah daging sebagai pakan lele.

"Yang banyak terbuang itu adalah limbah sapi, kayak perut sapi, usus sapi tidak terpakai. Itu yang banyak terbuang. Nah sekarang dimanfaatkan untuk pakan lele. Sehingga membantu peternak lele agar harganya lebih murah dan pebih mendukung sehingga sekarang Darmasaba menjadi Sentral Lele," pungkasnya.

Diakhir, Perbekel Darmasaba Ida Bagus Surya Prabhawa Manuaba menegaskan akan selalu serius dalam menangani permasalahan sampah dan setuju akan usulan DPRD Badung untuk penerapan denda bagi siapapun yang membuang sampah sembarangan.

Sebagai informasi tambahan, kompos hasil TPS 3R dibandrol dengan harga Rp 25.000 per karung dengan berat 25 kg

Editor : Yasmin Fitrida Diat

Peristiwa
Berita Populer
Berita Terbaru