Jakarta, MCI News - Menteri Luar Negeri Prancis, Jerman, Italia dan Inggris menyatakan dukungannya atas rencana pembangunan kembali Gaza oleh Arab yang akan menelan biaya US$53 miliar dan menghindari pengusiran warga Palestina dari daerah konflik tersebut.
Akun resmi X Al Jazeera @AJEnglish merilis breaking news yang menyebut keempat menlu negara Eropa tersebut menyepakati dukungan pada rencana pembangunan Gaza yang dimotori negara-negara Arab.
Rencana tersebut, yang dibuat oleh Mesir dan diadopsi para pemimpin Arab pekan ini, telah ditolak Israel dan Amerika Serikat.
"Rencana tersebut menunjukkan jalan yang realistis untuk rekonstruksi Gaza dan menjanjikan perbaikan yang cepat dan berkelanjutan terhadap kondisi kehidupan yang sangat buruk bagi warga Palestina yang tinggal di Gaza," ujar kedua menteri tersebut dalam sebuah pernyataan bersama.
"Kami jelas bahwa Hamas tidak boleh memerintah Gaza atau menjadi ancaman bagi Israel lagi. Kami secara eksplisit mendukung peran sentral Otoritas Palestina dan pelaksanaan agenda reformasinya," demikian pernyataan Israel dan AS seperti dilansir maktoobmedia, Sabtu 8 Maret 2025.
Rencana negara-negara Arab yang didukung Menteri Luar Negeri Prancis, Jerman, Italia dan Inggris tersebut menawarkan alternatif dari rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menginginkan agar Gaza dikosongkan dari penduduknya untuk 'mengembangkan' daerah kantong tersebut, di bawah kendali AS.
Banyak kalangan menilai saran Trump itu akan memicu pembersihan etnis Palestina di Tanah Airnya sendiri.
Rencana Arab terdiri dari tiga tahap utama: Langkah-langkah sementara, rekonstruksi dan pemerintahan. Periode interim selama enam bulan akan membutuhkan komite yang terdiri dari para teknokrat Palestina - yang beroperasi di bawah manajemen PA - untuk membersihkan reruntuhan dari Jl. Salah al-Din, yang merupakan jalan raya Utara-Selatan utama di Jalur Gaza.
Setelah jalan tersebut bersih, 200.000 unit rumah sementara akan dibangun untuk menampung 1,2 juta orang dan sekitar 60.000 bangunan yang rusak akan dipulihkan.
Menurut blueprint tersebut, rekonstruksi jangka panjang memerlukan waktu tambahan empat hingga lima tahun setelah langkah-langkah sementara selesai. Dalam rentang waktu itu, rencana tersebut bertujuan untuk membangun setidaknya 400.000 rumah permanen, serta membangun kembali pelabuhan dan bandara internasional Gaza.
Secara bertahap, kebutuhan dasar seperti air, sistem pembuangan limbah, layanan telekomunikasi, dan listrik juga akan dipulihkan.
Rencana tersebut juga menyerukan pembentukan dewan pengarah dan manajemen, yang akan menjadi dana keuangan yang mendukung badan pemerintahan sementara di Gaza.
Editor : Budi Setiawan