Surabaya, MCI News - Pemanfaatan aset milik Pemerintah Kota Surabaya dinilai belum optimal. Ketua Komisi A DPRD Surabaya, Yona Bagus Widyatmoko, mendorong agar aset-aset tersebut bisa dikelola lebih serius sebagai sumber pemasukan yang sah dan berkelanjutan bagi daerah.
Menurut Yona, potensi yang dimiliki aset-aset Pemkot sangat besar, namun belum digarap secara maksimal. “Banyak aset tersebar di lokasi-lokasi strategis, tapi masih belum memberi kontribusi signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD),” ujarnya, Rabu (8/7/2025).
Baca juga: Dalam Pembahasan Raperda RPJMD DPRD Kota Surabaya, Infrastruktur dan Layanan Publik Jadi Prioritas
Politisi Gerindra yang akrab disapa Cak YeBe ini mengungkapkan bahwa salah satu kendala utama adalah kurangnya informasi yang sampai ke masyarakat. “Belum banyak yang tahu bahwa beberapa aset itu bisa dimanfaatkan secara publik. Ini soal keterbukaan informasi,” jelasnya.
Karena itu, ia menilai peran media sangat penting. Menurutnya, media harus menjadi penghubung antara Pemkot dan masyarakat agar informasi soal potensi aset ini bisa tersampaikan dengan baik.
“Jangan sampai informasi hanya berhenti di ruang-ruang rapat. Media harus aktif mendorong penyebaran informasi agar warga dan pelaku usaha bisa ikut ambil bagian,” tegasnya.
Untuk itu, Komisi A mendorong Pemkot menggandeng lebih banyak media, baik lokal maupun nasional, guna memperluas cakupan informasi. Tak hanya itu, Yona juga menyoroti perlunya sistem informasi aset berbasis digital yang bisa diakses publik.
“Transparansi adalah kunci. Kalau masyarakat bisa memantau langsung, pengelolaan aset juga akan lebih sehat dan terbuka,” imbuhnya.
Baca juga: Dibongkarnya Bangunan Arsitektur Kolonial, DPRD Surabaya: Pemkot Kecolongan
Sebagai contoh, Yona menyebut Balai Diklat milik BKPSDM yang sebenarnya berpotensi menjadi destinasi baru. “Kalau dikemas menarik, tempat ini bisa dikunjungi bukan cuma warga Surabaya, tapi juga dari luar kota. Ini peluang,” katanya.
Tak hanya objek wisata, potensi ekonomi juga bisa digarap dari pasar-pasar tradisional. Salah satu inspirasi datang dari hasil kunjungan kerja ke Jakarta, Kendal, dan Semarang.
“Model rusun di atas pasar seperti di Pasar Rumput, Jakarta, bisa jadi solusi hunian sekaligus penggerak ekonomi. Lantai bawahnya pasar, atasnya rumah susun. Ada ribuan unit di sana,” ungkap Yona.
Baca juga: Gelar Rakor, DPRD Surabaya Serahkan Santunan BPJS Ketenagakerjaan kepada Ahli Waris
Konsep seperti ini, lanjutnya, sudah ada di Surabaya dalam bentuk lain—seperti Pasar Tambakrejo yang berada di bawah Hotel Palm Park, atau DTC dan Pasar Wonokromo. Tinggal dikembangkan dan direplikasi.
Yona meyakini, jika semua pihak—Pemkot, media, dan masyarakat—bersinergi dalam pengelolaan aset, maka kontribusinya terhadap perekonomian kota dan peningkatan PAD akan jauh lebih terasa.
“Kita punya potensi besar. Tinggal bagaimana kita serius menata dan memanfaatkannya,” pungkasnya.
Editor : Fahrizal Arnas