Surabaya, MCI News - Sepak bola Indonesia berduka. Salah satu putra terbaiknya, Sugiantoro, meninggal dunia di usia 48 tahun. Ini menjadi kehilangan besar bagi sepak bola Tanah Air, khususnya pecinta sepak bola Surabaya. Sebab, Bejo merupakan salah satu pemain terbaik di era keemasan Persebaya.
Meski telah pergi untuk selamanya, Bejo meninggalkan seabrek kenangan manis bagi Persebaya dan Jawa Timur. Maklum, selama berkarier sebagai pemain bola, Bejo menorehkan banyak prestasi gemilang berkat penampilannya yang mengesankan.
Prestasi fenomenal sang libero terakhir Persebaya ini adalah saat ia dan timnya mengantarkan Jawa Timur meraih medali emas pada PON 2020 di Surabaya. Tapi lebih Istimewa ketika ia sukses membawa Persebaya menjadi kampiun di kompetisi kasta teratas saat itu, Divisi Utama 2004.
Kala itu, nama Bejo dielu-elukan karena keberhasilannya mematikan striker andalan Persija, Bambang Pamungkas yang dikenal haus gol.
Bejo bahu membahu bersama Mursyid Effendi dan Leonardo Gutierrez, menjadikan pertahanan Persebaya sebagai salah satu yang terbaik di liga kala itu. Karena itu pula, ketajaman lini serang Persija pun berhasil diredam. Bahkan satu-satunya gol Persija pada pertandingan tersebut hasil dari gol bunuh diri Mat Halil yang salah menghalau bola.
Saya merinding kalau mengingat masa-masa itu. Kita banyak mengalami momen suka dan duka bersama sewaktu masih sama-sama di Persebaya. Dia sosok teman yang baik, suka bercanda, meski kami tetap saling respek, ujar Mursyid Effendi, rekan satu tim Bejo di Persebaya.
Mursyid mengaku sangat kehilangan dan sedih ketika mendapat kabar dari salah satu anak didiknya di Mitra Surabaya. Ia tak menyangka jika rekannya itu pergi begitu cepat.
Umur memang milik Allah, kita tidak pernah tahu kapan akan dipanggil. Tapi kabar meninggalnya Haji Bejo membuat saya terpukul karena beberapa hari terakhir sempat bercanda di grup WhatsApp. Bahkan sampai tadi siang kita masih saling gojlok, tutur mantan stoper andalan Persebaya tersebut.
Bagi Mursyid, kenangan indah dan sulit untuk dilupakan bersama Bejo sangatlah banyak. Namun, memori saat mereka membawa Persebaya juara Divisi Utama adalah yang paling berkesan di ingatannya.
Saat itu kami berjuang mati-matian bersama untuk mengalahkan Persija. Saya dengan almarhum dan Gituerrez benar-benar saling membantu untuk menutup setiap peluang Persija. Saya ingat betul bagaimana dia bekerja keras demi memberikan kemenangan dan gelar bagi Persebaya. Itu yang membuat saya sedih, ujarnya.
Mursyid pun mendoakan agar dosa dan kesalahan mendiang Bejo diampuni oleh Allah SWT dan amal ibadahnya diterima di sisi Allah. Ia juga mendoakan agar keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kesabaran menghadapi ujian ini.
Saya kenal baik dengan keluarganya karena kami bersama-sama sejak masih muda. Semoga Mbak Yetty (istri) dan anak-anaknya dikuatkan oleh Allah SWT, harap Mursyid.
Editor : Faaz Elbaraq