Surabaya, MCI News - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menargetkan seluruh wilayah Kota Pahlawan bebas dari limbah popok dan pembalut sekali pakai. Limbah jenis ini selain membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai, juga berpotensi mencemari sungai dan membahayakan kesehatan masyarakat.
Untuk mewujudkan target tersebut, pemkot melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya, bekerja sama dengan Bumbi meluncurkan program percontohan di kawasan Karangrejo, Kelurahan Wonokromo, Kecamatan Wonokromo.
Dipilihnya Kelurahan Wonokromo ini sebagai pilot project karena dilawati Sungai Brantas. Sungai Brantas ini menjadi hilir sebelum ke laut.
“Walikota Eri Cahyadi mengangkat isu pemakaian popok ini, itu memang dasarnya awal itu dari satu penelitiannya World Bank. World Bank meneliti Sungai Berantas. Di Sungai Berantas itu ditemukan jutaan popok. Meskipun itu semua bukan dari Surabaya. Karena Sungai Berantas ini dari batu ke sini itu melewati 13 atau berapa ya kabupaten kota,” ujar kepala Dinas (Kadis) Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya Drs Dedik Irianto, MM, ketika ditemui di lokasi acara sosialsiasi tentang bahaya popok sekali pakai, Jumat, (5/9/2025)
"Dengan adanya proyek bersama Bumbi tersebut, diharapkan Sungai Berantas tidak ada lagi ditemukan popok sekali pakai," tambahnya.
Founder dan CEO Bumbi, Celia Siura, menegaskan, Kecamatan Wonokromo dipilih menjadi lokasi pilot project untuk Bloomberg Philanthropies Mayors Challenge.
"Jika Wonokromo ini berhasil, akan direplikasi di seluruh Kecamatan Kota Surabaya. Yuk, sama-sama Surabaya bebas sampah popok dan pembalut,” ujarnya.
Celia juga menjelaskan, bahaya popok sekali pakai tidak hanya karena butuh 500 tahun untuk terurai, tetapi juga mengancam ekosistem sungai. "Sungai itu kan juga sumber air buat kita yang dipakai PDAM,” tegasnya.
Camat Wonokromo Maria Agustin Yuristina, S.STP, M.Si mengatakan, Kecamatan membantu dari Bumbi untuk sosialsisai, mengenalkan, dan mengedukasi warga, dimana manfaat besar dari popok yang bisa dicuci.
“Dari segi ekonomi, lingkungan, dan secara langsung bisa berdampak pada pengurangan sampah, dan kesehatan bagi lingkungan sekitar," terangnya.
Maria juga mengharapkan, dengan adanya popok yang bisa dicuci tersebut, memberikan dampak positif bagi seluruh ekosistem yang ada.
Popok dan pembalut sekali pakai, sampai saat ini masih menjadi masalah yang serius dalam penanggulangan limbah pencemaran air, khususnya di sungai. Program ini menyasar warga, khususnya ibu rumah tangga, melalui edukasi tentang pentingnya menjaga sungai dan lingkungan. Salah satunya dengan tidak membuang popok ke sungai serta beralih menggunakan popok ramah lingkungan yang bisa dicuci dan dipakai ulang.
Editor : Yasmin Fitrida Diat