Surabaya, MCI News - Pemerintah Kota Surabaya terus melangkah maju dalam upaya membentuk generasi muda yang kuat secara karakter dan berakhlak mulia. Salah satu bentuk nyata dari komitmen ini adalah konsistensi dalam mengembangkan program “Sekolah Ramah Anak”, yang telah dijalankan sejak 2019.
Program ini dirancang untuk menciptakan suasana belajar yang aman, nyaman, menyenangkan, serta inklusif bagi seluruh peserta didik. Terlebih di tengah derasnya arus digitalisasi, anak-anak tidak hanya dituntut cerdas memilah informasi, tetapi juga diberikan ruang untuk mengasah potensi dan minat mereka dalam berbagai bidang.
Mengawali tahun ajaran baru 2025/2026, Pemkot Surabaya kembali menegaskan pentingnya penyelenggaraan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang berlandaskan prinsip ramah anak dan bebas dari segala bentuk perundungan.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menekankan bahwa MPLS harus menjadi momentum yang menyenangkan dan membangun semangat positif. Ia meminta seluruh sekolah, khususnya jenjang SD dan SMP, untuk menciptakan suasana pengenalan yang penuh kasih sayang dan jauh dari tekanan.
“Karakter anak-anak mulai terbentuk sejak hari pertama mereka di sekolah. Maka MPLS harus menjadi pengalaman awal yang menggembirakan. Sekolah perlu menjadi tempat yang penuh kehangatan, kebahagiaan, dan nilai-nilai keagamaan,” ujar Wali Kota Eri, Jumat (18/7/2025).
Ia juga menegaskan bahwa peran orang tua tak kalah penting dalam mendampingi tumbuh kembang anak. Menurutnya, pendidikan karakter merupakan tanggung jawab bersama antara sekolah dan keluarga.
“Anak-anak tidak bisa hanya diserahkan sepenuhnya kepada sekolah. Peran orang tua sangat vital dalam mendampingi dan membimbing mereka,” imbuhnya.
Sebagai bentuk sinergi antara pendidikan formal dan pengasuhan keluarga, Pemkot Surabaya merancang kegiatan pembelajaran hingga pukul 12.00 WIB, yang kemudian dilanjutkan dengan program Sekolah Wawasan Kebangsaan dan Sekolah Bakat Minat hingga pukul 14.00 WIB. Harapannya, anak-anak bisa menyalurkan bakat mereka — mulai dari seni, olahraga, hingga keterampilan lainnya.
Wali Kota Eri menegaskan, “Apa pun minat anak-anak, mari kita dukung. Keluarga memiliki peran penting dalam mendorong eksplorasi hobi dan bakat mereka.”
Langkah progresif ini mendapat perhatian dari pemerintah pusat. Direktur PAUD Kemendikdasmen RI, Nia Nurhasanah, menyampaikan apresiasinya terhadap pelaksanaan MPLS di Surabaya yang dinilai aman, ramah, dan menyenangkan.
“Jika di rumah mereka disayangi, maka di sekolah pun anak-anak harus merasa diterima dan dimuliakan,” tutur Nia saat meninjau kegiatan di TK-KB Bung Karno, Surabaya.
Ia menyebut bahwa kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan pemerintah kota sangat sejalan dengan berbagai program prioritas nasional seperti Wajib Belajar 13 Tahun, Gerakan 7++ Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, MPLS Ramah Anak, dan Sekolah Orang Tua Hebat.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Surabaya, Yusuf Masruh, menegaskan bahwa prinsip Sekolah Ramah Anak telah diterapkan secara menyeluruh di seluruh SD dan SMP, baik negeri maupun swasta. Setiap sekolah diberi keleluasaan mengembangkan inovasi yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan lokal masing-masing.
“Kita dorong sekolah untuk kreatif, namun tetap dalam koridor prinsip ramah anak. Semua inovasi nanti akan kita evaluasi secara berkala,” jelas Yusuf.
Ia juga menjelaskan bahwa konsep sekolah ramah anak tidak hanya berfokus pada suasana edukatif, tetapi juga rekreatif. Program seperti Sekolah Arek Suroboyo hadir untuk memperkuat pendidikan karakter dalam berbagai aspek: religius, akademik, dan pengembangan potensi diri.
Tahun ini, Dinas Pendidikan Surabaya memberi perhatian khusus pada penguatan nilai-nilai toleransi dan pencegahan perundungan. Salah satu kunci keberhasilan menurut Yusuf adalah keberanian siswa untuk bersuara.
“Anak-anak harus diajarkan untuk berani berpendapat, menolak perlakuan yang salah, dan menyampaikan jika terjadi hal yang tidak benar,” ujarnya.
Sebagai upaya nyata, Dispendik membentuk Satuan Tugas Anti-Bullying di tiap sekolah, yang melibatkan OSIS, ORPES, hingga UKS. Satgas ini tidak hanya berfungsi sebagai pelindung, tetapi juga sebagai sahabat baru bagi siswa baru dalam proses adaptasi dan pengenalan lingkungan sekolah.
Dengan tema “Sekolahku, Rumahku, Guruku, Orang Tuaku,” MPLS tahun ini mencerminkan integrasi antara sekolah dan keluarga dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang sehat dan saling mendukung.
“Kami ingin MPLS menjadi pengalaman pertama yang menyenangkan dan meninggalkan kesan positif. Ini langkah awal untuk menciptakan sekolah yang aman, sehat, dan bebas bullying,” tutup Yusuf.
Editor : Fahrizal Arnas