Probolinggo, MCI News - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak Pemerintah Kota Probolinggo untuk menerapkan innovative financing melalui berbagai potensi lokal, seperti industri bordir agar ekonomi kreatif dari sektor itu terus tumbuh.
Ajakan itu disampaikan Khofifah saat menghadiri serah terima jabatan (sertijab) Wali Kota Probolinggo Aminuddin dan Wakil Wali Kota Probolinggo Ina Dwi Lestari di Ballroom Paseban Sena, Kota Probolinggo, awal pekan ini.
"Zaman almarhum Ibu Siti Hartinah atau yang akrab dipanggil Ibu Tien Soeharto, langganan bordirnya Kota Probolinggo. Saya rasa potensi itu masih ada, lalu bagaimana kemudian ada ekonomi-ekonomi kreatif yang mengiringi," ujarnya.
Menurut Khofifah, innovative financing menjadi salah satu referensi untuk membuka peluang ekonomi bagi pemerintah dan masyarakat di Kota Probolinggo dengan memanfaatkan industri bordir. Inovasi itu mampu menjaga pencapaian kinerja Kota Probolinggo, yakni turunnya angka kemiskinan dan naiknya Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
"Ketika pergi ke China, banyak wisatawan membeli bordir bernuansa great wall. Kalau Bromo mau ambil Seruni 1 atau 2, Bukit Teletubbies, ambil Pasir Berbisik, betapa indahnya dan kita punya kemampuan itu. Kalau dulu desain susah, sekarang pakai artificial intelligence (AI), ketemu Bromo bisa langsung menjadi desain bordir. Sekarang lebih mudah," tutur Khofifah.
Menurut dia, dinamika regional dan global bergerak cepat sekali, sehingga innovative financing bisa diterapkan, antara lain melalui pengembangan industri bordir di Probolinggo.
"Sebab, inovative financing bisa memberi harapan sumber pekerjaan bagi masyarakat sekaligus sumber PAD. Basic skill masyarakat Probolinggo cukup kuat untuk menyiapkan produk gift ketika wisatawan dalam dan luar negeri datang," tuturnya.
Khofifah menyebut, angka kemiskinan jauh di bawah rata-rata provinsi dan nasional, yang mana tahun 2024 angka kemiskinan di Kota Probolinggo berada di angka 6,18 dan menjadikan Kota Probolinggo sebagai 10 Kab./Kota dengan persentase penduduk miskin terendah di Jatim. Rata-rata IPM di atas provinsi dan nasional, naik 1,32% per tahun, dari 74,81% pada 2020 menjadi 77,79% pada 2024.
"Model untuk bisa menyongsong Indonesia Emas 2045 dan modal dasar bagi wali kota dan wakil wali kota untuk menggerakkan seluruh energi positif di Kota Probolinggo," tuturnya.
Khofifah berharap, rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) kabupaten/kota harus inline dengan RPJMD provinsi dan RPJMN. "Artinya, ada Astacita pemerintah pusat, Nawa Bhakti Satya provinsi dan kemudian lima misi Kota Probolinggo. Supaya apa yang menjadi program di tingkat pusat itu nendang, karena semuanya inline."
Editor : Budi Setiawan