Malang, MCI News - Kasus dugaan pelecehan seksual dengan terduga pelaku seorang dokter berinisial AY dan korban seorang pasien perempuan berinisial QAR terus bergulir. Kini, Persada Hospital Malang selaku tempat praktik medis AY, menonaktifkan sementara dari tugas sebagai dokter.
“Kami berkomitmen untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seluruh pasien. Untuk itu, kami memastikan bahwa setiap pemeriksaan dokter selalu didampingi oleh perawat, sehingga standar keamanan dan kenyamanan dapat terjaga dengan optimal,” ujar Supervisor Humas Persada Hospital, Sylvia Kitty Simanungkalit.
Rumah sakit di Jalan Raden Panji Suroso, Purwodadi, Kota Malang selama ini menjaga integritas dan kepercayaan publik dengan menerapkan standar tinggi dalam setiap aktivitas pelayanan medis. Untuk itu kasus dugaan pelecehan seksual disayangkan oleh jajaran petinggi rumah sakit.
“Proses penyelidikan akan dilakukan secara transparan dan melibatkan pihak yang berwenang. Sejalan dengan komitmen kami terhadap etika dan profesionalisme, beliau telah dinonaktifkan sementara dari pelayanan rumah sakit sambil menunggu proses hukum yang sedang berjalan,” ujar Kitty.
Di sisi lain, dalam pemeriksaan internal oleh Sub Komite Etik dan Disiplin Persada Hospital, menurut dokter spesialis forensik sekaligus anggota Sub Komite Etik dan Disiplin Persada Hospital, dokter Galih Endradita, AY menyebut tindakan yang dilakukannya kepada pasien QAR merupakan bagian dari pemeriksaan standar.
Meski belum ada pengakuan langsung dari dokter AY selaku terduga, Galih menyatakan, proses etik tidak selalu menunggu pengakuan, melainkan cukup didasarkan pada fakta dan kesaksian yang dikumpulkan dari kedua belah pihak.
Penasihat hukum QAR, Satria Marwan mengatakan, peristiwa itu dialami kliennya pada September 2022 silam. "Kejadian dugaan pelecehan itu terjadi 27 September, dia di ruang VIP sendirian dan dokternya datang pakai pakaian kasual karena mungkin sedang tidak bertugas," ungkapnya.
Saat di ruang tempat QAR dirawat, AY diduga meminta korban membuka baju pasiennya, dengan alasan dia akan melakukan pemeriksaan menggunakan stetoskop.
"Korban merasa terkejut dan tidak mengerti harus berbuat apa. Oknum dokter melakukan pemeriksaan dan anehnya stetoskop cukup lama diarahkan di bagian dada," terang Satria Marwan.
Editor : Yama Yasmina