Pedagang Hi-Tech Mall yang terletak di Kawasan Kusuma Bangsa Surabaya ‘menjerit’ lantaran sepi pembeli. Kondisi itu terjadi sejak mall yang sebelumnya menjadi pusat elektronik, khususnya komputer, diambil alih pemerintah pada April 2019 lalu.
Benar saja, dari pantauan di lapangan pada 6 Mei 2025, tak banyak pengunjung di sekitar 60 toko komputer yang ada di lantai 1. Kondisi ini sangat kontras dengan beberapa tahun silam (sebelum diambil alih Pemkor), di mana mall ini tak pernah sepi pengunjung.
Maka, wajar bila para pedagang tersisa butuh perhatian Pemkot Surabaya untuk menarik pedagang maupun pembeli sejak dilakukan revitalisasi oleh Pemkot.
Seperti diketahui, sesuai dengan rencana Pemkot Surabaya, gedung Hi-Tech Mall akan digunakan sebagai pusat IT, kesenian serta UMKM. Hanya saja, hingga kini masih belum terlaksana, sehingga para pedagang menagih janji tersebut.
Wakil para pedagang di Hitech Mall, Andre, berharap agar ikon teknologi Kota Pahlawan ini tetap beroperasi dan kembali Berjaya seperti sebelumnya. Keinginan itu ia sampaikan dalam pertemuan para pedagang dengan Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi.
"Keinginan pedagang kepada Pemkot Surabaya meminta Hi-Tech Mall jangan sampai tutup," ungkap Andre saat ditemui di lokasi, Selasa (6/5/2025).
Renovasi Diharapkan Lebih Cepat
Andre maupun pedagang lainnya menyambut positif upaya Pemkot untuk merevitalisasi Hi-Tech Mall menjadi pusat IT dan kesenian, namun proses pembenahan gedung diharapkan berlangsung lebih cepat.
Pasalnya, sudah ada beberapa pihak yang ingin menggunakan gedung tersebut untuk menjalankan aktivitasnya, salah satunya komunitas Taekwondo yang telah melakukan survei lokasi.
Saat ini, Pemkot telah melakukan pembagian area dalam gedung ini. Proses pembongkaran di bagian belakang. Namun belum diketahui renovasi bagian tersebut akan diperuntukkan apa.
"Banyak yang survei, antara lain komunitas Takewondo," ungkap Andre.
Dalam pertemuan dengan wali kota, berbagai keluhan disampaikan, mulai dari fasilitas gedung yang perlu diperbaiki, yakni bagian depan gedung, mesin ATM, AC, lampu, hingga penambahan papan nama besar yang lebih mencolok.
Masalah administrasi pedagang lama yang memiliki tunggakan pembayaran akibat sepinya pengunjung di masa lalu juga dibahas. Kendati demikian, mereka antusias untuk kembali berjualan setelah melunasi tunggakan.
Wali Kota Eri Cahyadi merespons keluhan tersebut, namun proses tindak lanjut dari BPKAD dinilai masih lambat. Bukan hanya itu, para pedagang juga menyayangkan kurangnya promosi, yang berdampak pada sepinya pengunjung maupun penyewa stand.
Menurut Andre, kerja sama antara Pemkot Surabaya dan pedagang akan menjadi kunci keberhasilan. Kolaborasi yang bai kia yakini akan menarik lebih banyak pedagang maupun pengunjung.
Namun tak hanya mengeluh, Andre mengakui, mereka memiliki keuntungan berjualan di Hi-Tech Mall. Sebab biayanya terjangkau, termasuk listrik dan air gratis.
“Yang saya heran, hingga kini masih minim pedagang baru yang bergabung. Karena itu, beberapa pedagang lama menempati dua stan sekaligus,” ujarnya.
"Karena itu, butuh dinergi antara Pemkot dan pedagang untuk menggencarkan promosi. Karena jika kedua pihak berupaya optimal, kami optimis toko ramai, banyak yang masuk, baik pedagang maupun pembeli,” imbuhnya.
Andre juga meminta isu penutupan Hi-Tech Mall yang beredar perlu diluruskan. Perbaikan yang telah dilakukan meliputi AC, tempat konser TRS, dan perbaikan gedung secara keseluruhan musti lebih dipublikasi.
"Bahkan, rencana penggunaan gedung untuk acara pernikahan juga telah digagas. Saat ini, pedagang secara swadaya memasang speaker untuk menciptakan suasana yang lebih ramai. Namun, kurangnya perhatian Pemkot Surabaya terhadap promosi dan pengelolaan Hi-Tech Mall tetap menjadi kendala," pungkas Andre.
Editor : Fahrizal Arnas